Jumat, 02 Januari 2009

israel biadab



Lebih dari 54 warga sipil, termasuk sedikitnya 34 anak-anak, meninggal akibat serangan udara militer Israel terhadap desa Qana, Libanon.

Beberapa keluarga yang kehilangan tempat tinggal berlindung di ruang bawah tanah di sebuah rumah di Qana. Rumah itu hancur akibat terkena tembakan langsung pesawat Israel.

Perdana Menteri Libanon Fouad Siniora mengutuk "para penjahat perang Israel" dan membatalkan pembicaraan dengan Menlu Amerika Serikat Condoleeza Rice.

Israel mengatakan menyesalkan insiden itu, tapi menambahkan warga sipil telah diperingatkan agar meninggalkan wilayah tersebut.

Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengatakan, Israel akan terus bertindak tanpa ragu-ragu terhadap Hizbullah" yang menemabkkan roket ke Israel dari Libanon selatan.

Olmert dilaporkan telah memberitahu Menlu AS Rice bahwa Israel memerlukan 10-14 hari lagi untuk melanjutkan serangannya.

Militer Israel telah meminta tim peninjau PBB di Libanon selatan agar mengosongkan dua desa lain, Ramyah dan Ayta ash-Shab -- sebelum matahari tenggelam, tapi mereka tidak sanggup memenuhi permintaan Israel itu, kata Sekjen PBB Koffi Annan.

Serangan dikutuk

Ratusan pengunjukrasa Libanon melancarkan unjukrasa yang diwarnai tindak kekerasan, mengobrak-abrik markas PBB di Beirut seraya memekikka yel-yel mengecam Amerika dan Israel dan sebaliknya mendukung militan Hizbullah.

Beberapa negara mengutuk serangan itu dan kembali menyerukan gencatan senjata dilakukan.

Israel dan Amerika Serikat menentang gencatan senjata dalam konflik ini.

Dalam pertemuan di Dewan Keamanan PBB, Sekjen Kofi Annan mendesak para anggotanya agar mengutuk keras serangan Qana dan menyisihkan perbedaan pendapat demi menyerukan gencatan senjata segera.

Perdana Menteri Inggris Tony Blair hari Minggu mengatakan, situasi tidak bisa dibiarkan dan semua permusuhan harus dihentikan begitu resolusi PBB diterima.

Menteri kesehatan Libanon kini mengumumkan sekitar 750 warganya, kebanyakan warga sipil, terbunuh oleh aksi Israel di Libanon sejak Israel melancarkan operasi militer 19 hari lalu.

Hizbullah bersumpah untuk membalas setelah serangan maut di Qana. Sejumlah roket Katyusha mengenai kota perbatasan Kiryat Shemona hari Minggu, mencederai sejumlah orang dalam peristiwa yang digambarkan warga sebagai hari paling mengerikan sejauh ini.

Sebanyak 51 warga Israel tewas, termasuk sedikitnya 18 warga sipil, terbunuh dalam konflik, yang dipicu oleh ditawannya dua serdadu Israel oleh Hizbullah 12 Juli.

Pemboman gencar

Saksi mata mengatakan, serangan pagi hari itu mengenai gedung tiga lantai, tempat beberapa keluarga berlindung di basemen dan menghancurkan bangunan hingga menjadi lubang menganga.

Seorang pengungsi yang selamat mengatakan "pemboman begitu gencar sehingga tidak orang yang sanggup bergerak".

Orang tua dan anak-anak termasuk mereka yang terbunuh dalam serangan Israel, yang menimbulkan kehancuran ke hamparan wilayah yang luas.

Para wartawan menuturkan bagaimana korban selamat berteriak-teriak penuh kepedihan dan kegeraman, sebagaian di antara berusaha menyisihkan puing-puing dengan tangan telanjang.
"Kami ingin menghentikan ini," teriak seorang warga desa.

"Semoga Allah mengasihi anak-anak itu. Mereka datang kemarin untuk mengungsi dari pertempuran," katanya.

Banyak orang yang ingin memberikan pertolongan mengaku tidak kuasa menghadapi dampak serangan.

Wartawan kami melihat seorang petugas Palang merah terduduk di bawah terik matahari menangis karena tidak kuasa mengendalikan perasaan.

Israel mengatakan, kelompok militan Syiah bertanggungjawab atas serangan Qana, sebab kelompok itu mempergunakan kota itu untuk menembakkan roket.

Wartawan BBC Jim Muri di Qana melaporkan, banyak warga tidak memiliki sarana atau terlalu takut untuk mengungsi.

'Kejahatan keji'

Perdana Menteri Libanon Fouad Siniora mengutuk "kejahatan keci terhadap warga sipil" yang dilakukan Israel, dan mengatakan, "tidak ada ruang pada pagi duka ini" untuk pembicaraan sampai Israel menghentikan serangan.
 



Dia menyerukan "gencatan senjata segera, tanpa syarat", dan memuji militan Hizbullah yang "mengorbankan nyawa bagi kemerdekaan Libanon".

Menlu AS Condoleez Rice mengatakan, dia "sangat sedih oleh hilangnya nyawa orang tidak bersalah secara mengerikan".

"Kami juga mendorong segera diakhirinya permusuhan, tapi pandangan berbagai pihak mengenai cara mencapai ini berbeda," katanya.

Para pejabat AS mengatakan, Rice kembali ke Washington hari Seni untuk mulai merancang resolusi PBB yang bertujuan menghentikan pertempuran.

Para wartawan mengatakan, kota Qana menyimpan bagi kenangan pedih bagi warga Libanon.

Qana adalah lokasi pangkalan PBB yang dibom Israel tahun 1996 yang menewaskan lebih dari 100 orang yang berlindung di tempat itu di tengah kecamuk serangan operasi "Grapes of Wrath" Israel, yang juga bertujuan untuk menghancurkan milisi Hizbullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar